Pernahkah kita berfikir bagaimana cara membuat batik? Bagaimana cara menggambar dan menulis dikain?
Banyak sekali kita jumpai bapak/ibu saat ke pesta mengenakan baju batik. Apalagi sekarang ini mulai dari anak kecil sampai orang dewasa mengenakan baju batik. Ternyata membuat batik itu tidak semudah dan senyaman kita memakainya.
Sebelum kita mengetahui bagaimana cara membuat batik, ada baiknya kita tahu terlebih dahulu apa itu batik.
Kata "batik" berasal dari gabungan dua kata bahasa jawa "amba" yang bermakna "menulis" dan "titik" yang bermakna "titik" .
Batik tulis adalah sebuah kerajinan tangan yang mempunyai nilai seni yang sangat tinggi dan merupakan sebuah bagian dari budaya Indonesia sejak dahulu kala. Wanita-wanita jawa pada jaman dahulu kala menjadikan keterampilan membuat batik tulis sebagai pekerjaan utama untuk menghidupi keluarga. Jadi pada jaman dahulu kala membuat batik tulis adalah pekerjaan yang sangat istimewa bagi para wanita hingga sampai diketemukannya "Batik Cap" yang memberi kesempatan kepada para pria mencoba bidang batik tulis ini.
Tradisi membuat batik tulis ini pada awalnya merupakan tradisi dari nenek moyang yang kemudian dilanjutkan secara turun temurun. Corak batik tulis tersebut dapat dikenal berasal dari batik tulis keluarga tertentu. Beberapa corak batik tulis dapat mewakili kasta seseorang. Bahkan hingga sekarang, beberapa corak atau motif batik tulis tradisional hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Tapi kita boleh berbangga batik yang paling terkenal dan indah adalah dari Indonesia terutama Jawa.
Nah sekarang kita cari tahu bagaimana cara membuat batik tradisional. Batik umumnya di buat diatas kain warna putih yang terbuat dari kapas atau lebih dikenal dengan kain mori (primissima).
Untuk menggambar motif batik alat-alat yang diperlukan adalah : bahan dari kain primissima (mori), cairan lilin/malam, canting, kompor, wajan dan panci.
Adapun proses pembuatannya adalah :
- Menyiapkan bahan dan alat untuk membatik.
- Membuat design dan memindahkan gambar di atas kain.
- Mencanting menutup pada gambar dengan lilin/malam.
- Kain yang sudah dicanting, dibasahi lalu dimasukkan dalam bak 1 tempat naptol ( naptol dicampur dengan air panas 1 liter + 4 liter air dingin ) kemudian diangin-anginkan setelah agak kering dimasukkan ke dalam bak 2 yang berisi garam pewarna yang dicampur dengan 4 liter air dingin, maka muncullah warna yang pertama yang kita inginkan. Kalau ingin mendapat warna yang lebih tajam, maka proses pewarnaan bisa diulangi lagi, yang kemudian bisa di jemur dengan diangin-anginkan.
- Plorodan ( menghilangkan lilin/malam pada kain) Setelah kain diangin-anginkan, di masukkan ke dalam bak yang berisi air mendidih di atas kompor sampai lilin/malam benar-benar hilang, sehingga garis pada gambar yang tertutup lilin/malam tadi terlihat warna yang asli yaitu putih.
- Pencucian dengan air dingin.
- Diangin-anginkan sampai kering.
- Selesai.
Di SMP Al Muslim ini kami memperkenalkan batik tradisional pada siswa kelas VII. Siswa-siswi kita libatkan secara langsung dalam membuat batik tradisioanal mulai mendesign, mencanting, mewarna dan sampai pada proses plorodan. Banyak siswa yang penasaran akan pembuatan batik, awalnya siswa ber anggapan bahwa membuat batik sangat mudah, tetapi dalam kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan, pada saat siswa membuat design sangat bagus, begitu saat membatik dengan menggunakan cairan lilin/malam banyak siswa yang merasa kesulitan, sehingga desaign yang semula di buat dengan sangat bagus menjadi berbeda ketika saat setelah di lukis dengan menggunakan canting yang berisi lilin/malam. Untuk itu kita perlu memperkenalkan proses pembuatan batik tradisional yang sesungguhnya kepada siswa-siswi agar lebih mencintai produk sendiri dari pada produk luar yang sekarang lagi digemari oleh masyarakat. Sebenarnya banyak sekali penerapan batik yang bisa kita kenalkan kepada anak-anak, misalnya batik celup ikat, batik cap, batik lukis, batik modern, batik printing dll, tetapi kita lebih mengutamakan batik tulis agar budaya kekayaan lokal daerah sendiri tidak punah.
0 komentar:
Posting Komentar